Kamis, 14 Mei 2009

DRACULA itu Mitos atau NYATA_?!!

Mungkin sebagian orang banyak yang bertanya – tanya ada ga sehh sosok Dracula yang selama ini sering diangkat menjadi cerita di film – film karya benua Eropa dan Amerika. Cukup menarik juga sehh film yang menceritakan tentang Dracula

Selama ini Dracula diceritain sebagai sosok yang suka menghisap darah manusia, cara menghisap naa pun dengan mengigit di leher dan kata naa kalo orang itu uda kena gigitan si Dracula bisa berubah dan menjadi Dracula juga. Agar ga jadi Dracula juga, jantung orang yang uda digigit Dracula itu harus dengan segera diambil dan kepala naa dipenggal. Trus tubuh naa dikubur terpisah dengan kepalanya sebelum matahari terbit.
Dracula juga kata naa ga mempan ma senjata apapun kecuali dengan menusukan salib atau dengan bawang putih

Seolah - olah sosok Dracula itu cuma sebuah mitos atau fiksi.... Saat aQ ge bertanya - tanya tentang kebenaran Dracula... Jawaban naa dapet_ waktu itu lagi nyari buku di perpus sekolah ( SMA Negeri 1 Martapura ) dapet buku yang judul naa " Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib" karya Hyphatia Cneajna

minjem dehh.... dan Q baru tau tenyata Dracula itu emang ada dan gambaran tentang Dracula itu sangad KEJAM trus siapa sebenarnya Dracula_?!!

Dracula yang bernamaa Veld Dracuela, ia adalah anak kedua dari Veld II Basarba yang merupakan Panglima militer dari Wallachia. Ayahnya mendapat gelar Veld Dracul,,, dalam bahasa Rumania " Dracul " berarti naga.. saat itu Veld II selau memakai lencana yang bergambar naga_ gambar kerajaan Hongaria yang dibelanya. Sedangkan kata ” Uela ” yang memiliki arti anak dari....... jadi jika dua kata itu digabung menjadi ” Dracuela” yang berarti anak dari Veld si naga. Dracula dilahirkan ketika peperangan antara Kerajaan Turki Ottoman­sebagai wakil Islam­dan Kerajaan Honggaria­sebagai wakil Kristen­semakin memanas. Kedua kerajaan tersebut berusaha saling mengalahkan untuk merebutkan wilayah-wilayah yang bisa dikuasai, baik yang berada di Eropa maupun Asia

Pada tahun 1431 M, ayah Dracula, yaitu Veld II kehilangan kekuasaan atas Wallechia, akhirnya ia memilih bersikap netral atas perang yang terjadi pada saat itu ( antara pasukan militer Honggaria dengan pasukan Turki Ottonam ) ia pun melakukan perjanjian dengan pasukan Turki Ottoman, pada perjanjian itu ia menyerahkan dua orang anaknya, yaitu Dracula dan Randu sebagai bukti kesetiaannya. Saat itu Dracula 11 tahun.

Dracula dan Randu pun tinggal dengan aturan yang dimiliki Turki, sebagai anak bangsawan mereka pun menempuh pendidikan di madrasah dan diajarkan mengenai Islam. Dua kakak beradik ini menjadi sosok yang sangat jauh berbeda, baaikan lanit dan bumi, bagaikan air dan minyak. Dracula yang tidak pernah mendapatkan sosok ayah yang membuat ia memiliki rasa dendam terhadap sang ayah, Veld II. Rasa dendam dan kebencian naa pun kian bertambah ketika ia harus terpisahkan dari Ibunya yang selama ini menjadi temannya demi kekuasaan yang diinginkan ankanya.

Kehidupan di Turki membuat ia tidak betah, hingga ia pun memiliki rasa benci terhadap warga Turki, terutama yang beragama Islam.

Rasa kesepian dan dendamnya ia alihkan dengan kebiasaan yang tidak perna dilakukan oleh anak seusiannya.Yaitu dengan menagkap burung atau hewan lainnya kemudian ia menikam hewan – hewan yang tidak bersalah tersebut hingga darahnya mengucur ada rasa kebahagiaan yang ia rasakan ketika melakukan hal seperti itu. Akhirnya, kebiasaan pelampiasannya itu ia bawa hingga dewasa.

Kebenciannya tehadap umat Islam tidak akan hilang, hingga ia kembali ke Wallechia dan mendirikan kekuasaanya di sana. Banyak warga yang menjadi korban penyulaan Dracula. Warga yang tidak bersalah pun menjadi korban, terutama orang – orang yang tidak ia sukai. Kebencian terhadap umat Islam ia kobarkan dengan menyatakan musuh dengan pasukan Turki Ottoman. Perang salib yang sebelumnya terjadi kini kembali berkibar, banyak umat Islam yang dibantai oleh Dracula.

Dalam babakan perang salib yang berlangsun untuk kesekian kali ini Dracula merupakan salah satu panglima pasukan Salib. Hyphatia memperkirakan jumlah korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 ribu umat Islam. Korban-korban tersebut dibunuh dengan berbagai cara­ yang cara-cara tersebut bisa dikatakan sangat biadab­ yaitu dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula. Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat kejam, yaitu seseorang ditusuk mulai dari anus dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya dilancipkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dipancangkan sehingga kayu sula menembus hingga perut, kerongkongan, atau kepala.

Selain membongkar kebohongan yang dilakukan oleh Barat, dalam bukunya Hyphatia juga mengupas makna salib dalam kisah Dracula. Seperti yang telah umum diketahui bahwa penggambaran Dracula yang telah menjadi fiksi tidak bisa dilepaskan dari dua benda, bawang putih dan salib. Konon kabarnya hanya dengan kedua benda tersebut Dracula akan takut dan bisa dikalahkan. Menurut Hyphatia pengunaan simbol salib merupakan cara Barat untuk menghapus pahlawan dari musuh mereka­pahlawan dari pihak Islam­dan sekaligus untuk menunjukkan superioritas mereka.

Siapa pahlawan yang berusaha dihapuskan oleh Barat tersebut? Tidak lain Sultan Mahmud II (di Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II). Sang Sultan merupakan penakluk Konstantinopel yang sekaligus penakluk Dracula. Ialah yang telah mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi Danua Snagov. Namun kenyataan ini berusaha dimungkiri oleh Barat. Mereka berusaha agar merekalah yang bisa mengalahkan Dracula. Maka diciptakanlah sebuah fiksi bahwa Dracula hanya bisa dikalahkan oleh salib. Tujuan dari semua ini selain hendak mengaburkan peranan Sultan Mahmud II juga sekaligus untuk menunjukkan bahwa merekalah yang paling superior, yang bisa mengalahkan Dracula si Haus Darah. Dan, sekali lagi usaha Barat ini bisa dikatakan berhasil.

Selain yang telah dipaparkan di atas, buku “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, juga memuat hal-hal yang selama tersembunyi sehingga belum banyak diketahui oleh masyarakat secara luas. Misalnya tentang kuburan Dracula yang sampai saat ini belum terungkap dengan jelas, keturunan Dracula, macam-macam penyiksaan Dracula dan sepak terjang Dracula yang lainnya.

Dalam tulisan yang disampaikan oleh Hyphatia dapat diambil kesimpulan bai kita, yaitu suatu penjajahan sejarah tidak kalah berbahayanya dengan bentuk penjajahan yang lain ­politik, ekonomi, budaya, dll. Penjajahan sejarah ini dilakukan secara halus dan sistematis, yang apabila tidak jeli maka kita akan terperangkap di dalamnya. Oleh karena itu, sikap kritis terhadap sejarah merupakan hal yang amat dibutuhkan agar kita tidak terjerat dalam penjajahan sejarah. Sekiranya buku karya Hyphatia ini­walaupun masih merupakan langkah awal ­bisa dijadikan pengingat agar kita selalu kritis terhadap sejarah karena ternyata penjajahan sejarah itu begitu nyata ada di depan .



1 komentar:

Anonim mengatakan...

dont talk & story this to me.......
coz just give me blood....
i very-very need blood....
please help me
how to get blood

Posting Komentar